Kenalkan Teknologi Baru, IAPE 2018 Solo Diserbu Pengunjung

Solo — TimloNet Widodo (50), warga Serengan, Solo terlihat serius melihat mesin sablon digital di stand milik PT Nano SNG, di arena Indonesia Apparel Production Expo (IAPE) 2018, Diamond Solo Convention Center, Jumat (2/3). Ia tertarik dengan sistem kerja yang ditawarkan mesin fabrijet tipe FT 1608 itu karena dianggap lebih praktis daripada melakukan sablon secara manual.
“Kebetulan dirumah punya usaha sablon. Cuma selama ini saya menggunakan alat manual, ” ujarnya kepada Timlo.net.
Meski belum, ada rencana melakukan pembelian mesin sablon digital itu. Namun ia mengaku cukup tertarik dengan cara kerja yang dilakukan teknologi tersebut. Karena produk yang dihasilnya cukup bagus, dan bisa digunakan untuk memproduksi sablon secara massal.
Pengunjung IAPE 2018 lainnya, Hendarto (35), warga Sragen mengaku sengaja datang ke pameran itu karena ingin mencari mesin jahit untuk usaha konveksinya. Mengingat mesin jahit yang dia punya selama ini sebagaian sudah dianggap cukup usang, sehingga perlu dilakukan peremajaan.
“Tadi sempat melihat produknya Juki. Mesinnya cukup bagus dan cara kerjasanya ternyata bisa otomatis, ” terangnya.
Namun demikian, ia belum memutuskan untuk melakukan pembelian. Karena masih ingin melihat-lihat dulu produk dan promo yang ditawarkan dalam pameran.
Menurut salah satu marketing Juki Home Sewing Machine, Alluh Devi Puspita Ayu, pada pameran kali ini beberbagai produk dari Juki dipajang dalam stand. Termasuk produk mesin jahit terbarunya, yakni tipe HZL F 400. Produk teranyarnya itu menawarkan kemudahan bagi para pemakainya. Karena mesin jahit tersebut memiliki banyak fungsi yang bisa digunakan.
“Tidak hanya bisa melakukan jahit seperti biasa. Tapi mesin ini juga bisa membuat sekitar 290 pola jahitan. Bahkan sudah otomatis, sehingga tinggal tekan tombol, proses jahit sudah bisa dilakukan sesuai keinginan,” ungkapnya.
Harga mesin jahit yang dipamerkan dalan gelaran IAPE itu menurutnya bervariasi. Mulai yang termurah dari Rp 1,5 juta hingga yang termahal Rp 200 juta.
Selama mengikuti pameran itu, ia mengaku tidak mematok target transaksi. Karena fokus utamanya mengikuti pameran hanya ingin melakukan branding dan menjajaki pasar di wilayah Soloraya.